JURNALISTIK RADIO

JURNALISTIK RADIO

Sebuah Pengantar untuk Liputan Berita Radio
Radio harus diubah dari alat distribusi menjadi sistem komunikasi. Radio menjadi alat komunikasi kehidupan masyarakat yang paling  besar yang dapat dipikirkan, sistem saluran yang besar. Artinya radio bertugas tak hanya mengirim/menyiarkan tetapi juga menerima. Ini mengundang implikasi bahwa radio akan membuat pendengar tak hanya mendengar tapi juga berbicara dan tidak membuat pendengar terisolasi tetapi menghubungkannya dengan proses perubahan negara dan masyarakat.
 
(Bertolt Brecht, 1932)
Hampir setiap penyelenggaraan pelatihan, kursus, lokakarya sampai workshop yang mengambil tema jurnalistik radio, pembicara akan menyelipkan cerita heroik Radio Veritas yang berjasa besar dalam menggerakkan rakyat Filipina menumbangkan rezim Ferdinand Marcos dalam people’s power. Wajar, mengingat Radio Veritas  menjadi contoh yang dapat mewakili sisi jurnalistik sebuah radio. Tentu bila kita percaya bahwa ketika radio memiliki kewajiban dan hak untuk menyiarkan informasi yang dibuat dan dikelolanya sendiri ke masyarakat, radio tidak lagi berbeda dengan media pers lainnya yang juga memiliki fungsi sebagai alat kontrol. Menjadi pilar keempat demokrasi.
Radio, selain memiliki fungsi sebagai media hiburan, dia juga merupakan alat penyebar dan kontrol politik dari penguasa maupun kuasanya (rakyat). Sebagai alat kontrol, radio memiliki fungsi untuk menyebarkan informasi yang bisa menggugat kesewenang-wenangan bahkan malah sebaliknya, radio bisa menjadi media yang efektif bagi propaganda penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya. Dari fungsi yang  terakhir inilah lahir apa yang sekarang kita sebut sebagai jurnalistik radio. Permasalahannya, jurnalistik radio merupakan “barang baru” di belantara medium penyiaran berita, seperti media cetak dan televisi.

Untuk kasus Indonesia, dari segi teknologi dan tradisi news programming, jurnalistik radio masih bisa dibilang tertinggal, sehingga memasuki abad 21 sekarang ini belum ditemukan format jurnalistik radio yang cukup baku dan bisa dijadikan acuan bagi semua praktisi radio. Walaupun dalam sejarahnya kemunculan radio di Indonesia seperti NIROM (Nederland Indische Radio Omroep Maatschappij) di zaman Hindia Belanda atau NHK (Nippon Hoso Kyoko) di masa pendudukan Jepang, banyak memiliki fungsi sebagai alat propaganda pemerintah. Ini  berarti  radio juga menjadi media penyebaran informasi, walaupun hanya sepihak, yakni datang dari penguasa (top down), namun apakah penyebaran informasi yang dilakukan penguasa yang sebenarnya lebih tepat bila disebut propaganda ini memenuhi kaidah-kaidah jurnalistik? Berkaca pada pengalaman RRI di jaman Orde Baru, penyebaran informasi yang dilakukan hanya datang secara sepihak dari penguasa. Prinsip perimbangan informasi tidak didapat ketika kita mendengarkan siaran berita dari RRI.
Berbeda dengan media lainnya, radio menawarkan  imajinasi ke khalayaknya. Media cetak bisa menampilkan gambar lewat hasil karya juru foto dan mungkin permainan grafis lay outnya, televisi bahkan bisa menampilkan informasi yang lebih  jelas dengan tampilan audio  visualnya. Apa yang radio dapat tawarkan memang sangat terbatas, karena radio hanya dapat memproduksi “suara”. Namun justru karena produksi  radio hanya “suara” maka radio lebih jelas bisa menawarkan imajinasi kepada khalayaknya. Khalayak disuguhi tawaran yang sangat terbatas, maka pengelola radio harus bisa membuat keterbatasan tadi menjadi sesuatu hal yang dapat memuaskan khalayak. Karena pendengar akan berusaha memvisualisasikan apa yang didengarkannya dalam benak masing-masing.
Radio dengan basis entertainment mungkin lebih bisa memprogramkan tawaran yang imaginatif dengan konsep hiburannya. Namun bagaimana dengan radio dengan basis pemberitaan sebagai core business-nya? Sesuatu yang gelamor seperti musik, memainkan imajinasi pendengar radio. Disisi lain, berita pada dasarnya hanya menawarkan kebutuhan  khalayak akan informasi. Tantangannya justru terletak ketika kita bisa memberikan informasi yang “imaginatif” bagi pendengar, namun juga membuat pendengar merasa memerlukan informasi tersebut. Tulisan ini mungkin akan mengulas secara teknis, bagaimana membuat pendengar/khalayak merasa memerlukan informasi yang dibuat pengelola radio.

Radio sebagai Sistem Komunikasi
Seperti Bertolt Brecht yang menginginkan radio menjadi alat komunikasi masyarakat, maka menciptakan radio sebagai alat komunikasi juga membutuhkan kesadaran dari masyarakat sebagai pendengar bahwa radio menjadi kebutuhan mereka untuk berkomunikasi. Radio bukan benda mati yang disetel ketika masyarakat membutuhkan hiburan, radio juga dibutuhkan ketika masyarakat membutuhkan perubahan.

Membangun kesadaran masyarakat dengan demikian menjadi inti dari pembuatan program dalam jurnalistik radio. Yang pertama dilakukan adalah bagaimana membuat program radio yang bisa menjadikannya sebagai sarana komunikasi bagi pendengarnya. Kesadaran masyarakat dan kemampuan pengelola radio dalam menjadikan radio sebagai sarana komunikasi ini menumbuhkan apa yang dikenal sebagai “jurnalisme interaktif”. Jurnalisme interaktif memberikan peluang kepada khalayak pendengar terlibat dalam proses siaran informasi. Pendengar bukan lagi sekedar penikmat informasi yang disajikan, namun juga bagian aktif dari radio yang dapat memberikan informasi seperti layaknya reporter.

Penting untuk mengetahui apa yang layak disebut informasi/berita dalam radio dengan basis utama kegiatan jurnalistik atau pemberitaan. Jurnalistik sendiri merupakan segala hal yang menyangkut proses perencanaan, peliputan, produksi dan pelaporan sebuah fakta atau peristiwa menjadi  berita. Jika dalam media cetak, berita adalah peristiwa atau fakta  yang diulangi, maka dalam radio berita adalah peristiwa atau fakta yang dikomunikasi kepada pendengar. Tidak ada kesepakatan dalam batasan berita  radio. Beberapa ahli radio mengatakan  berita adalah sebuah informasi yang baru tentang suatu peristiwa penting dan menarik perhatian pendengar. Ahli lainnya mengatakan, berita adalah laporan tentang fakta atau opini yang menarik perhatian dan penting, yang dibutuhkan sekelompok masyarakat. Terdapat juga ahli tentang radio yang mengatakan  berita adalah laporan atas opini atau peristiwa yang penting  bagi sejumlah besar khalayak.

Dari batasan-batasan tersebut, berita radio dengan demikian adalah suatu sajian laporan berupa fakta atau opini yang mempunyai nilai, penting dan menarik  bagi sebanyak mungkin orang, yang disiarkan melalui radio. Berita radio menjadi sebuah  laporan tentang apa yang sedang terjadi dan bagaimana peristiwa itu berlangsung.  Batasan yang paling mudah dalam menentukan sebuah berita radio adalah contoh konkretnya. Berita radio adalah kerusuhan, konflik politik, prestasi manusia, peristiwa kontroversial, pendapat tokoh publik dan publik itu sendiri, serta  berbagai definisi  operasional lainnya.

Bagai mana sebuah fakta, peristiwa atau opini menjadi sebuah berita radio. Dibawah ini adalah diagram sederhana tentang produksi sebuah berita.

alt

Karakter  Berita Radio 
Dari batas tentang berita radio seperti yang telah dijelaskan, berita radio memiliki beberapa karakter.
  1. Segera dan cepat, Laporan peristiwa atau opini di radio harus sesegera mungkin disajikan kepada pendengar sebagai bagian dari keoptimalan sifat kesegeraan berita radio.
  2. Aktual dan Faktual, Berita radio adalah hasil liputan peristiwa atau opini yang segar dan akurat sesuai dengan fakta yang sebelumnya tidak diketahui oleh pendengar.
  3. Penting  bagi masyarakat luas, Berita radio memiliki keterkaitan dengan nilai berita  yang berlaku dalam kaidah jurnalistik secara umum, dalam melayani kebutuhan publik akan informasi.
  4. Relevan dan berdampak luas, Khalayak secara umum mendapat manfaat dari penyiaran  berita radio sekaligus juga memancing respon dari khalayak.

Secara umum penerapan kaidah jurnalisme di radio membutuhkan ketaatan terhadap kemampuan radio dan pemahaman akan karakter radio itu sendiri sebagai sebuah media. Radio yang memiliki keterbatasan karena hanya dapat memproduksi suara, tetap dituntut menerapkan kaidah jurnalisme dalam memproduksi sebuah berita.

Beberapa persyaratan dalam berita radio antara lain :
  1. Lokal emosional, Berita menjadi alat komunikasi antar individu pendengar dengan masyarakat yang menjadi khalayak jangkauan siaran sebuah radio. Efektifitas berita radio terkadang juga tergantung dengan kedekatan emosional dengan pendengarnya.
  2. Personal, Komunikasi berita radio berlangsung seperti seseorang yang sedang bercerita atau berbicara dengan temannya. Penyiar radio  berita dituntut menguasai bahasa tutur dalam bercerita yang tidak terkesan membacakan sesuatu.
  3. Selintas, Dengan mobilitas khalayaknya yang tinggi, berita radio cenderung ditangkap hanya selintas. Diperlukan pengulangan dan lead   berita yang menarik agar pendengar mengetahui berita yang disiarkan.
  4. Fokus dan antidetil, Dengan hanya memiliki sifat auditif, khalayak radio memiliki keterbatasan kemampuan untuk mengingat rincian berita. Ringkasan dan terfokus adalah syarat mutlak berita radio yang layak siar.
  5. Imajinatif, Kemampuan penyiar berita radio juga harus dapat mengembangkan imajinasi pendengar agar mereka memahami dan merasakan apa yang di informasikan dalam berita radio. Hal ini dilakukan untuk menutupi keterbatasan radio yang hanya memproduksi suara.

Bentuk  Berita Radio
Beberapa bentuk berita yang umum disiarkan antara lain:
  1. Berita tulis (writing  news/ ad libs/sport  news), yakni berita pendek yang bersumber pada media lain atau berita yang ditulis ulang. Termasuk liputan reporter an teksnya diolah kembali.
  2. Berita bersisipan (news with insert), yaitu berita yang dilengkapi dengan sisipan nara sumber.
  3. News features, berita atau laporan jurnalistik panjang yang lebih bersifat human inters.
  4. Live reports, berita  langsung dari reporter di lapangan, dengan menggunakan media telepon.
  5. Buletin berita yaitu gabungan beberapa berita dalam satu  blok waktu.
  6. Berita interaktif, atau nara sumber, biasa dilakukan dengan wawancara melalui telepon
Dari kekuatan materi berita, berita radio terbagi menjadi tiga: hard news, atau berita aktual yang baru saja terjadi di lapangan; soft  news atau  berita lanjutan yang lebih berupa laporan tanpa terikat waktu dan menekankan aspek human inters, pelaku serta tempat-tempat  yang mempengaruhi orang banyak; dan ketiga adalah in-depth news atau  berita mendalam, biasa disajikan dalam format features.

Struktur Berita Radio
Sebagaimana berita pada media lainnya, berita radio  juga terutama menggunakan kaidah Piramida Terbalik. Struktur seperti ini bertujuan agar sebuah berita menarik perhatian sejak awal penyiarannya, bisa membuat informasi yang rangka dan penting tanpa mengesampingkan aspek 5W + 1H.

Dalam struktur piramida terbalik ini bangunan paling atas ditepati oleh lead berita. Lead berita adalah bagian klimaks atau inti berita. Unsur paling penting yang ingin ditekankan pada pendengar ada pada alinea pertama  sebuah berita. Dengan demikian sudah sedari awal pendengar akan tahu apa isi berita yang sedang disiarkan.

Berikutnya adalah atmosfer   berita atau suasana dari berita yang disiarkan. Pada bagian ini setting sebuah berita dimunculkan. Pada prinsipnya, bagian ini menjabarkan apa yang ada dalam lead  berita. Setting ini merupakan penjelasan unsur lead sebagai kelengkapan berita.

Setelah setting berita atau penggambaran atmosfernya, struktur berikutnya adalah background berita. Unsur background biasanya  berupa latar belakang dari sebuah berita. Sebuah jawaban atas pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana”.
Terakhir adalah fakta pendukung sebuah berita. Pada  bagian ini diuraikan fakta-fakta yang melengkapi sebuah  berita. Pada ini biasanya merupakan bagian yang detail yang lengkap, bagaimana ini sebenarnya tidak terlalu penting.

alt

Sumber-sumber Berita Radio
Secara umum sumber berita radio dapat dibagi menjadi dua:
  • Sumber primer/langsung, didapatkan dengan menerjunkan langsung reporter untuk melakukan liputan lapangan. Sumber primer ini juga didapatkan dari studio atau redaksi dengan melakukan wawancara langsung melalui telpon atau nara sumber datang langsung ke studio.
  • Sumber sekunder/tidak langsung, didapatkan antara lain dari media cetak. Elektronik, siaran pers, jaringan kantor  berita, hingga info dari pendengar.

Mengelola sumber  berita menjadi bagian penting dari proses pembuatan sebuah program berita. Data nara sumber seperti alamat, nomor telpon dan berbagai kelengkapan data pustaka menjadi sangat penting dalam pengelolaan sumber  berita. Untuk radio, daftar nomor telpon nara sumber menjadi kelengkapan yang ada pada redaksi dan studio.

Kelayakan atau Nilai Berita
Reporter harus bisa memahami apa  yang diinginkan pendengar. Untuk bisa memahami pendengar, seorang reporter dalam melakukan liputan khusus harus bisa menempatkan dirinya sebagai pendengar. Dengan demikian ia akan tahu apa yang sedang diinginkan diketahui oleh pendengar radio tersebut.

Dalam jurnalistik sebenarnya ada beberapa kaidah umum, namun dapat terasa sangat relatif ketika dioperasionalkan. Kaidah-kaidah jurnalistik tentang kelayakan sebuah berita antara lain:
  1. Aktualitas, Untuk radio, aktualitas sebuah berita menjadi nilai tersendiri karena radio dianggap sebagai media  yang paling unggul dalam kecepatan waktu penayangan.
  2. Kedekatan atau proximity, Kedekatan secara emosi dan fisik akan membuat berita menarik perhatian pendengar. Kedekatan khalayak pendengar dengan sebuah kejadian yang menjadi berita selalu dianggap berarti. Nilainya terutama pada kepedulian, kepentingan dan keakraban.
  3. Tokoh Publik/prominence, Man makes news, ungkapan ini dapat menggambarkan bahwa segala peristiwa seputar tokoh-tokoh publik selalu menarik untuk didengar.
  4. Konflik, Konflik, persengketaan individu atau kelompok, perang, bentrokan, kerusuhan dan peristiwa-peristiwa yang dapat mengambarkan terjadinya sebuah konflik selalu menjadi berita yang menarik perhatian.
  5. Kriminalitas, Kondisi keamanan yang semakin rawan membuat berita kriminal semakin dibutuhkan khalayak, setidaknya untuk sekedar mengetahui daerah-daerah atau tempat-tempat yang rawan tindak kejahatan.
  6. Kemanusiaan atau human interest, Berita yang diangkat dari peristiwa yang menyentuh rasa kemanusiaan dan menggugah empati(membangun perasaan simpatik pendengar)
  7. Sensational, Sesuatu yang luar biasa dan jauh dari ukuran normal, biasanya akan selalu menarik perhatian pendengar.
  8. Besaran Kasus/Magnitude, Jumlah korban kecelakaan, bencana alam, perang, kerugian negara arena korupsi selalu menjadi perhatian pendengar.

Wawancara
Wawancara dalam jurnalistik berarti proses bertanya yang dilakukan reporter untuk mendapatkan jawaban dari nara sumber. Reporter radio dalam melakukan wawancara sedang mewakili khalayak pendengar. Wawancara merupakan bangunan keseluruhan dari kegiatan peliputan. Setiap proses pembuatan berita  bahkan dapat dikatakan hampir selalu membutuhkan wawancara. Bahkan wawancara menjadi bentuk berita tersendiri yang biasa disebut News interview.

Secara teknis operasional, tujuan wawancara meliputi dua hal pokok yakni; apa yang ingin diketahui pendengar dan apa yang harus diketahui pendengar. Penting  bagi reporter dalam melakukan wawancara untuk menempatkan dirinya seolah-olah sebagai pendengar radio. Kebutuhan dari wawancara dalam  berita radio termasuk sesuatu yang sangat mutlak. Karena dari wawancara, berita radio dapat memberikan sisipan yang memang berfungsi selain memperjelas isi berita juga memberikan efek auditif.

Terdapat berbagai bentuk wawancara radio, namun dalam tulisan ini akan disinggung secara umum jenis wawancara  berita.  Wawancara  berita adalah wawancara yang dilakukan untuk menggali berbagai hal seputar peristiwa aktual.

Bagian terpenting dari wawancara  berita adalah bentuk pertanyaan yang harus pendek, jelas dan fokus. Untuk dapat menguasai pelaksanaan wawancara seorang reporter setidaknya harus melakukan riset atau mengetahui latar belakang masalah yang akan dicari  jawabannya melalui wawancara. Pengetahuan tentang background  masalah menjadi penting karena penguasaan materi menjadi inti dalam membuat berita berdasarkan hasil wawancara.  Mengetahui background berarti mengetahui tujuan wawancara.

Contoh liputan Kontroversi dana Kavling DPRD Jawa Barat
  • Nara Sumber
  • Posisi
  • Pertanyaan
  • Anggota DPRD
  • Penerima Dana
  • Apakah pantas menerima uang rakyat di saat kondisi krisis?
  • Sekda propinsi
  • Pemberi Dana
  • Mengapa pemerintah memberikan dana tersebut?
  • Masyarakat
  • Pihak yang berkepentingan
  • Bagaimana tanggapan masyarakat dengan pemberian dana tersebut?
  • Pakar pemerintahan
  • Pengamat
  • Bagaimana sebaiknya kontroversi itu diselesaikan?

Vox Pops
            Vox Pops merupakan istilah lain dari media polling. Vox Pops di radio dilakukan dengan banyak cara, selain menggunakan teknologi seperti SMS, Internet bisa juga dilaksanakan langsung di lapangan.
Cara melakukan wawancara vox pops oleh reporter di lapangan
  • Reporter radio dengan menggunakan mikrofon dan peralatan rekamnya berdiri di tempat dimana masyarakat biasa berkumpul atau lalu lalang (pusat perbelanjaan, stasiun, terminal dll). Reporter kemudian mencegah masyarakat yang lewat sambil menanyakan topik yang sedang dibahas.
  • Tata cara yang umum dalam melakukan vox pops di lapangan adalah: “… saya reporter radio x ingin mengetahui pendapat anda tentang …?”
Pertanyaan yang diajukan ke semua orang harus sama persis. Wawancara dilakukan secara beruntung dalam satu kesempatan.
Biasanya sudah direncanakan berapa nara sumber yang akan diwawancarai.

Etika Jurnalistik Radio
Membuat dan menyajikan berita adalah kegiatan jurnalistik yang berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat. Profesionalisme kerja reporter dan stasiun radio itu sendiri dengan demikian harus selalu berpegangan pada etika d an kode etik yang secara profesional bisa terlayani dengan baik, tanpa mengabaikan profesionalisme kerja itu sendiri.

Etika jurnalistik radio secara umum antara lain:
  1. Menggali berita dengan cara etis. Cara etis harus ditempuh dalam memperoleh berita. Hal-hal seperti kesepakatan antara reporter dengan nara sumber, bagian mana yang layak dimuat dan bagian mana yang dihilangkan, sebaiknya diketahui oleh nara sumber.
  2. Tidak menerima sogokan, wartawan bodrek atau wartawan amplop merupakan penyakit bagi independence yang seharusnya dijunjung tinggi oleh jurnalis. Obyektivitas berita dapat terjaga dengan tidak menerima sogokan atau pemberian dalam bentuk apapun.
  3. Konsisten pada prinsip keberimbangan dan obyektivitas, dalam jurnalisme pernyataan sepihak atau pernyataan secara sepotong dapat dikenai delik pidana. Apalagi  jika dimaksudkan untuk menguntungkan salah satu pihak.
Reposting  : awan albana [FDR 027- MPR 230]
Source Dari Berbagai Sumber

Pustaka :
Masduki, 2001, Jurnalisme Radio, Yogyakarta, LkiS
Mirza, Layla S (ed) Politik dan Radio, Friedrich Nauman Stiftung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda...