Tampilkan postingan dengan label JURNALISTIK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label JURNALISTIK. Tampilkan semua postingan

TEMAN TERBAIK SEORANG JURNALIS

TEMAN TERBAIK SEORANG JURNALIS

Dalam sebuah berita harus dapat terjawab 5W + 1H, yaitu :
  1. What : apa yang terjadi
  2. Where : dimana terjadi
  3. When : kapan terjadi
  4. Who : siapa saja yang terlibat
  5. How : bagaimana kejadiannya
  6. Why : mengapa hal tersebut terjadi
Keenam elemen diatas merupakan dasar yang harus ada dalam sebuah berita, namun bisa juga ditambahkan dengan :
  1. Apa latar belakang peristiwa tersebut
  2. Apa arti kejadian tersebut
  3. Bagaimana pengaruhnya dan bagaiman selanjutnya(what next)

JURNALISTIK RADIO

JURNALISTIK RADIO

Sebuah Pengantar untuk Liputan Berita Radio
Radio harus diubah dari alat distribusi menjadi sistem komunikasi. Radio menjadi alat komunikasi kehidupan masyarakat yang paling  besar yang dapat dipikirkan, sistem saluran yang besar. Artinya radio bertugas tak hanya mengirim/menyiarkan tetapi juga menerima. Ini mengundang implikasi bahwa radio akan membuat pendengar tak hanya mendengar tapi juga berbicara dan tidak membuat pendengar terisolasi tetapi menghubungkannya dengan proses perubahan negara dan masyarakat.
 
(Bertolt Brecht, 1932)
Hampir setiap penyelenggaraan pelatihan, kursus, lokakarya sampai workshop yang mengambil tema jurnalistik radio, pembicara akan menyelipkan cerita heroik Radio Veritas yang berjasa besar dalam menggerakkan rakyat Filipina menumbangkan rezim Ferdinand Marcos dalam people’s power. Wajar, mengingat Radio Veritas  menjadi contoh yang dapat mewakili sisi jurnalistik sebuah radio. Tentu bila kita percaya bahwa ketika radio memiliki kewajiban dan hak untuk menyiarkan informasi yang dibuat dan dikelolanya sendiri ke masyarakat, radio tidak lagi berbeda dengan media pers lainnya yang juga memiliki fungsi sebagai alat kontrol. Menjadi pilar keempat demokrasi.
Radio, selain memiliki fungsi sebagai media hiburan, dia juga merupakan alat penyebar dan kontrol politik dari penguasa maupun kuasanya (rakyat). Sebagai alat kontrol, radio memiliki fungsi untuk menyebarkan informasi yang bisa menggugat kesewenang-wenangan bahkan malah sebaliknya, radio bisa menjadi media yang efektif bagi propaganda penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya. Dari fungsi yang  terakhir inilah lahir apa yang sekarang kita sebut sebagai jurnalistik radio. Permasalahannya, jurnalistik radio merupakan “barang baru” di belantara medium penyiaran berita, seperti media cetak dan televisi.

Untuk kasus Indonesia, dari segi teknologi dan tradisi news programming, jurnalistik radio masih bisa dibilang tertinggal, sehingga memasuki abad 21 sekarang ini belum ditemukan format jurnalistik radio yang cukup baku dan bisa dijadikan acuan bagi semua praktisi radio. Walaupun dalam sejarahnya kemunculan radio di Indonesia seperti NIROM (Nederland Indische Radio Omroep Maatschappij) di zaman Hindia Belanda atau NHK (Nippon Hoso Kyoko) di masa pendudukan Jepang, banyak memiliki fungsi sebagai alat propaganda pemerintah. Ini  berarti  radio juga menjadi media penyebaran informasi, walaupun hanya sepihak, yakni datang dari penguasa (top down), namun apakah penyebaran informasi yang dilakukan penguasa yang sebenarnya lebih tepat bila disebut propaganda ini memenuhi kaidah-kaidah jurnalistik? Berkaca pada pengalaman RRI di jaman Orde Baru, penyebaran informasi yang dilakukan hanya datang secara sepihak dari penguasa. Prinsip perimbangan informasi tidak didapat ketika kita mendengarkan siaran berita dari RRI.
Berbeda dengan media lainnya, radio menawarkan  imajinasi ke khalayaknya. Media cetak bisa menampilkan gambar lewat hasil karya juru foto dan mungkin permainan grafis lay outnya, televisi bahkan bisa menampilkan informasi yang lebih  jelas dengan tampilan audio  visualnya. Apa yang radio dapat tawarkan memang sangat terbatas, karena radio hanya dapat memproduksi “suara”. Namun justru karena produksi  radio hanya “suara” maka radio lebih jelas bisa menawarkan imajinasi kepada khalayaknya. Khalayak disuguhi tawaran yang sangat terbatas, maka pengelola radio harus bisa membuat keterbatasan tadi menjadi sesuatu hal yang dapat memuaskan khalayak. Karena pendengar akan berusaha memvisualisasikan apa yang didengarkannya dalam benak masing-masing.
Radio dengan basis entertainment mungkin lebih bisa memprogramkan tawaran yang imaginatif dengan konsep hiburannya. Namun bagaimana dengan radio dengan basis pemberitaan sebagai core business-nya? Sesuatu yang gelamor seperti musik, memainkan imajinasi pendengar radio. Disisi lain, berita pada dasarnya hanya menawarkan kebutuhan  khalayak akan informasi. Tantangannya justru terletak ketika kita bisa memberikan informasi yang “imaginatif” bagi pendengar, namun juga membuat pendengar merasa memerlukan informasi tersebut. Tulisan ini mungkin akan mengulas secara teknis, bagaimana membuat pendengar/khalayak merasa memerlukan informasi yang dibuat pengelola radio.

Radio sebagai Sistem Komunikasi
Seperti Bertolt Brecht yang menginginkan radio menjadi alat komunikasi masyarakat, maka menciptakan radio sebagai alat komunikasi juga membutuhkan kesadaran dari masyarakat sebagai pendengar bahwa radio menjadi kebutuhan mereka untuk berkomunikasi. Radio bukan benda mati yang disetel ketika masyarakat membutuhkan hiburan, radio juga dibutuhkan ketika masyarakat membutuhkan perubahan.

Membangun kesadaran masyarakat dengan demikian menjadi inti dari pembuatan program dalam jurnalistik radio. Yang pertama dilakukan adalah bagaimana membuat program radio yang bisa menjadikannya sebagai sarana komunikasi bagi pendengarnya. Kesadaran masyarakat dan kemampuan pengelola radio dalam menjadikan radio sebagai sarana komunikasi ini menumbuhkan apa yang dikenal sebagai “jurnalisme interaktif”. Jurnalisme interaktif memberikan peluang kepada khalayak pendengar terlibat dalam proses siaran informasi. Pendengar bukan lagi sekedar penikmat informasi yang disajikan, namun juga bagian aktif dari radio yang dapat memberikan informasi seperti layaknya reporter.

Penting untuk mengetahui apa yang layak disebut informasi/berita dalam radio dengan basis utama kegiatan jurnalistik atau pemberitaan. Jurnalistik sendiri merupakan segala hal yang menyangkut proses perencanaan, peliputan, produksi dan pelaporan sebuah fakta atau peristiwa menjadi  berita. Jika dalam media cetak, berita adalah peristiwa atau fakta  yang diulangi, maka dalam radio berita adalah peristiwa atau fakta yang dikomunikasi kepada pendengar. Tidak ada kesepakatan dalam batasan berita  radio. Beberapa ahli radio mengatakan  berita adalah sebuah informasi yang baru tentang suatu peristiwa penting dan menarik perhatian pendengar. Ahli lainnya mengatakan, berita adalah laporan tentang fakta atau opini yang menarik perhatian dan penting, yang dibutuhkan sekelompok masyarakat. Terdapat juga ahli tentang radio yang mengatakan  berita adalah laporan atas opini atau peristiwa yang penting  bagi sejumlah besar khalayak.

Dari batasan-batasan tersebut, berita radio dengan demikian adalah suatu sajian laporan berupa fakta atau opini yang mempunyai nilai, penting dan menarik  bagi sebanyak mungkin orang, yang disiarkan melalui radio. Berita radio menjadi sebuah  laporan tentang apa yang sedang terjadi dan bagaimana peristiwa itu berlangsung.  Batasan yang paling mudah dalam menentukan sebuah berita radio adalah contoh konkretnya. Berita radio adalah kerusuhan, konflik politik, prestasi manusia, peristiwa kontroversial, pendapat tokoh publik dan publik itu sendiri, serta  berbagai definisi  operasional lainnya.

Bagai mana sebuah fakta, peristiwa atau opini menjadi sebuah berita radio. Dibawah ini adalah diagram sederhana tentang produksi sebuah berita.

alt

Karakter  Berita Radio 
Dari batas tentang berita radio seperti yang telah dijelaskan, berita radio memiliki beberapa karakter.
  1. Segera dan cepat, Laporan peristiwa atau opini di radio harus sesegera mungkin disajikan kepada pendengar sebagai bagian dari keoptimalan sifat kesegeraan berita radio.
  2. Aktual dan Faktual, Berita radio adalah hasil liputan peristiwa atau opini yang segar dan akurat sesuai dengan fakta yang sebelumnya tidak diketahui oleh pendengar.
  3. Penting  bagi masyarakat luas, Berita radio memiliki keterkaitan dengan nilai berita  yang berlaku dalam kaidah jurnalistik secara umum, dalam melayani kebutuhan publik akan informasi.
  4. Relevan dan berdampak luas, Khalayak secara umum mendapat manfaat dari penyiaran  berita radio sekaligus juga memancing respon dari khalayak.

Secara umum penerapan kaidah jurnalisme di radio membutuhkan ketaatan terhadap kemampuan radio dan pemahaman akan karakter radio itu sendiri sebagai sebuah media. Radio yang memiliki keterbatasan karena hanya dapat memproduksi suara, tetap dituntut menerapkan kaidah jurnalisme dalam memproduksi sebuah berita.

Beberapa persyaratan dalam berita radio antara lain :
  1. Lokal emosional, Berita menjadi alat komunikasi antar individu pendengar dengan masyarakat yang menjadi khalayak jangkauan siaran sebuah radio. Efektifitas berita radio terkadang juga tergantung dengan kedekatan emosional dengan pendengarnya.
  2. Personal, Komunikasi berita radio berlangsung seperti seseorang yang sedang bercerita atau berbicara dengan temannya. Penyiar radio  berita dituntut menguasai bahasa tutur dalam bercerita yang tidak terkesan membacakan sesuatu.
  3. Selintas, Dengan mobilitas khalayaknya yang tinggi, berita radio cenderung ditangkap hanya selintas. Diperlukan pengulangan dan lead   berita yang menarik agar pendengar mengetahui berita yang disiarkan.
  4. Fokus dan antidetil, Dengan hanya memiliki sifat auditif, khalayak radio memiliki keterbatasan kemampuan untuk mengingat rincian berita. Ringkasan dan terfokus adalah syarat mutlak berita radio yang layak siar.
  5. Imajinatif, Kemampuan penyiar berita radio juga harus dapat mengembangkan imajinasi pendengar agar mereka memahami dan merasakan apa yang di informasikan dalam berita radio. Hal ini dilakukan untuk menutupi keterbatasan radio yang hanya memproduksi suara.

Bentuk  Berita Radio
Beberapa bentuk berita yang umum disiarkan antara lain:
  1. Berita tulis (writing  news/ ad libs/sport  news), yakni berita pendek yang bersumber pada media lain atau berita yang ditulis ulang. Termasuk liputan reporter an teksnya diolah kembali.
  2. Berita bersisipan (news with insert), yaitu berita yang dilengkapi dengan sisipan nara sumber.
  3. News features, berita atau laporan jurnalistik panjang yang lebih bersifat human inters.
  4. Live reports, berita  langsung dari reporter di lapangan, dengan menggunakan media telepon.
  5. Buletin berita yaitu gabungan beberapa berita dalam satu  blok waktu.
  6. Berita interaktif, atau nara sumber, biasa dilakukan dengan wawancara melalui telepon
Dari kekuatan materi berita, berita radio terbagi menjadi tiga: hard news, atau berita aktual yang baru saja terjadi di lapangan; soft  news atau  berita lanjutan yang lebih berupa laporan tanpa terikat waktu dan menekankan aspek human inters, pelaku serta tempat-tempat  yang mempengaruhi orang banyak; dan ketiga adalah in-depth news atau  berita mendalam, biasa disajikan dalam format features.

Struktur Berita Radio
Sebagaimana berita pada media lainnya, berita radio  juga terutama menggunakan kaidah Piramida Terbalik. Struktur seperti ini bertujuan agar sebuah berita menarik perhatian sejak awal penyiarannya, bisa membuat informasi yang rangka dan penting tanpa mengesampingkan aspek 5W + 1H.

Dalam struktur piramida terbalik ini bangunan paling atas ditepati oleh lead berita. Lead berita adalah bagian klimaks atau inti berita. Unsur paling penting yang ingin ditekankan pada pendengar ada pada alinea pertama  sebuah berita. Dengan demikian sudah sedari awal pendengar akan tahu apa isi berita yang sedang disiarkan.

Berikutnya adalah atmosfer   berita atau suasana dari berita yang disiarkan. Pada bagian ini setting sebuah berita dimunculkan. Pada prinsipnya, bagian ini menjabarkan apa yang ada dalam lead  berita. Setting ini merupakan penjelasan unsur lead sebagai kelengkapan berita.

Setelah setting berita atau penggambaran atmosfernya, struktur berikutnya adalah background berita. Unsur background biasanya  berupa latar belakang dari sebuah berita. Sebuah jawaban atas pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana”.
Terakhir adalah fakta pendukung sebuah berita. Pada  bagian ini diuraikan fakta-fakta yang melengkapi sebuah  berita. Pada ini biasanya merupakan bagian yang detail yang lengkap, bagaimana ini sebenarnya tidak terlalu penting.

alt

Sumber-sumber Berita Radio
Secara umum sumber berita radio dapat dibagi menjadi dua:
  • Sumber primer/langsung, didapatkan dengan menerjunkan langsung reporter untuk melakukan liputan lapangan. Sumber primer ini juga didapatkan dari studio atau redaksi dengan melakukan wawancara langsung melalui telpon atau nara sumber datang langsung ke studio.
  • Sumber sekunder/tidak langsung, didapatkan antara lain dari media cetak. Elektronik, siaran pers, jaringan kantor  berita, hingga info dari pendengar.

Mengelola sumber  berita menjadi bagian penting dari proses pembuatan sebuah program berita. Data nara sumber seperti alamat, nomor telpon dan berbagai kelengkapan data pustaka menjadi sangat penting dalam pengelolaan sumber  berita. Untuk radio, daftar nomor telpon nara sumber menjadi kelengkapan yang ada pada redaksi dan studio.

Kelayakan atau Nilai Berita
Reporter harus bisa memahami apa  yang diinginkan pendengar. Untuk bisa memahami pendengar, seorang reporter dalam melakukan liputan khusus harus bisa menempatkan dirinya sebagai pendengar. Dengan demikian ia akan tahu apa yang sedang diinginkan diketahui oleh pendengar radio tersebut.

Dalam jurnalistik sebenarnya ada beberapa kaidah umum, namun dapat terasa sangat relatif ketika dioperasionalkan. Kaidah-kaidah jurnalistik tentang kelayakan sebuah berita antara lain:
  1. Aktualitas, Untuk radio, aktualitas sebuah berita menjadi nilai tersendiri karena radio dianggap sebagai media  yang paling unggul dalam kecepatan waktu penayangan.
  2. Kedekatan atau proximity, Kedekatan secara emosi dan fisik akan membuat berita menarik perhatian pendengar. Kedekatan khalayak pendengar dengan sebuah kejadian yang menjadi berita selalu dianggap berarti. Nilainya terutama pada kepedulian, kepentingan dan keakraban.
  3. Tokoh Publik/prominence, Man makes news, ungkapan ini dapat menggambarkan bahwa segala peristiwa seputar tokoh-tokoh publik selalu menarik untuk didengar.
  4. Konflik, Konflik, persengketaan individu atau kelompok, perang, bentrokan, kerusuhan dan peristiwa-peristiwa yang dapat mengambarkan terjadinya sebuah konflik selalu menjadi berita yang menarik perhatian.
  5. Kriminalitas, Kondisi keamanan yang semakin rawan membuat berita kriminal semakin dibutuhkan khalayak, setidaknya untuk sekedar mengetahui daerah-daerah atau tempat-tempat yang rawan tindak kejahatan.
  6. Kemanusiaan atau human interest, Berita yang diangkat dari peristiwa yang menyentuh rasa kemanusiaan dan menggugah empati(membangun perasaan simpatik pendengar)
  7. Sensational, Sesuatu yang luar biasa dan jauh dari ukuran normal, biasanya akan selalu menarik perhatian pendengar.
  8. Besaran Kasus/Magnitude, Jumlah korban kecelakaan, bencana alam, perang, kerugian negara arena korupsi selalu menjadi perhatian pendengar.

Wawancara
Wawancara dalam jurnalistik berarti proses bertanya yang dilakukan reporter untuk mendapatkan jawaban dari nara sumber. Reporter radio dalam melakukan wawancara sedang mewakili khalayak pendengar. Wawancara merupakan bangunan keseluruhan dari kegiatan peliputan. Setiap proses pembuatan berita  bahkan dapat dikatakan hampir selalu membutuhkan wawancara. Bahkan wawancara menjadi bentuk berita tersendiri yang biasa disebut News interview.

Secara teknis operasional, tujuan wawancara meliputi dua hal pokok yakni; apa yang ingin diketahui pendengar dan apa yang harus diketahui pendengar. Penting  bagi reporter dalam melakukan wawancara untuk menempatkan dirinya seolah-olah sebagai pendengar radio. Kebutuhan dari wawancara dalam  berita radio termasuk sesuatu yang sangat mutlak. Karena dari wawancara, berita radio dapat memberikan sisipan yang memang berfungsi selain memperjelas isi berita juga memberikan efek auditif.

Terdapat berbagai bentuk wawancara radio, namun dalam tulisan ini akan disinggung secara umum jenis wawancara  berita.  Wawancara  berita adalah wawancara yang dilakukan untuk menggali berbagai hal seputar peristiwa aktual.

Bagian terpenting dari wawancara  berita adalah bentuk pertanyaan yang harus pendek, jelas dan fokus. Untuk dapat menguasai pelaksanaan wawancara seorang reporter setidaknya harus melakukan riset atau mengetahui latar belakang masalah yang akan dicari  jawabannya melalui wawancara. Pengetahuan tentang background  masalah menjadi penting karena penguasaan materi menjadi inti dalam membuat berita berdasarkan hasil wawancara.  Mengetahui background berarti mengetahui tujuan wawancara.

Contoh liputan Kontroversi dana Kavling DPRD Jawa Barat
  • Nara Sumber
  • Posisi
  • Pertanyaan
  • Anggota DPRD
  • Penerima Dana
  • Apakah pantas menerima uang rakyat di saat kondisi krisis?
  • Sekda propinsi
  • Pemberi Dana
  • Mengapa pemerintah memberikan dana tersebut?
  • Masyarakat
  • Pihak yang berkepentingan
  • Bagaimana tanggapan masyarakat dengan pemberian dana tersebut?
  • Pakar pemerintahan
  • Pengamat
  • Bagaimana sebaiknya kontroversi itu diselesaikan?

Vox Pops
            Vox Pops merupakan istilah lain dari media polling. Vox Pops di radio dilakukan dengan banyak cara, selain menggunakan teknologi seperti SMS, Internet bisa juga dilaksanakan langsung di lapangan.
Cara melakukan wawancara vox pops oleh reporter di lapangan
  • Reporter radio dengan menggunakan mikrofon dan peralatan rekamnya berdiri di tempat dimana masyarakat biasa berkumpul atau lalu lalang (pusat perbelanjaan, stasiun, terminal dll). Reporter kemudian mencegah masyarakat yang lewat sambil menanyakan topik yang sedang dibahas.
  • Tata cara yang umum dalam melakukan vox pops di lapangan adalah: “… saya reporter radio x ingin mengetahui pendapat anda tentang …?”
Pertanyaan yang diajukan ke semua orang harus sama persis. Wawancara dilakukan secara beruntung dalam satu kesempatan.
Biasanya sudah direncanakan berapa nara sumber yang akan diwawancarai.

Etika Jurnalistik Radio
Membuat dan menyajikan berita adalah kegiatan jurnalistik yang berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat. Profesionalisme kerja reporter dan stasiun radio itu sendiri dengan demikian harus selalu berpegangan pada etika d an kode etik yang secara profesional bisa terlayani dengan baik, tanpa mengabaikan profesionalisme kerja itu sendiri.

Etika jurnalistik radio secara umum antara lain:
  1. Menggali berita dengan cara etis. Cara etis harus ditempuh dalam memperoleh berita. Hal-hal seperti kesepakatan antara reporter dengan nara sumber, bagian mana yang layak dimuat dan bagian mana yang dihilangkan, sebaiknya diketahui oleh nara sumber.
  2. Tidak menerima sogokan, wartawan bodrek atau wartawan amplop merupakan penyakit bagi independence yang seharusnya dijunjung tinggi oleh jurnalis. Obyektivitas berita dapat terjaga dengan tidak menerima sogokan atau pemberian dalam bentuk apapun.
  3. Konsisten pada prinsip keberimbangan dan obyektivitas, dalam jurnalisme pernyataan sepihak atau pernyataan secara sepotong dapat dikenai delik pidana. Apalagi  jika dimaksudkan untuk menguntungkan salah satu pihak.
Reposting  : awan albana [FDR 027- MPR 230]
Source Dari Berbagai Sumber

Pustaka :
Masduki, 2001, Jurnalisme Radio, Yogyakarta, LkiS
Mirza, Layla S (ed) Politik dan Radio, Friedrich Nauman Stiftung

3 CARA MENJADI PENULIS

3 CARA MENJADI PENULIS

Sastrawan dan budayawan Kuntowijoyo mengatakan, hanya ada tiga cara untuk menjadi penulis, yaitu dengan menulis, menulis, dan menulis. “Awali setiap pagimu dengan menulis,” kata penulis asal Inggris, Gerald Brenan (1894-1987). “Itu akan membuatmu jadi seorang penulis.”
Penulis Amerika Serikat Getrude Stein (1874 –1946) mendefinisikan menulis dengan “menulis adalah menulis menulis adalah menulis adalah menulis adalah… dan seterusnya”. Jadi, cuma satu jalan untuk menjadi penulis, ya… menulis! Masa berenang…!
Menulis itu sebenarnya tidak perlu terlalu banyak “teori”, menulis sajalah seperti Anda berbicara. Namun, untuk menjadi penulis yang baik dan benar, tentu ada syaratnya. Untuk menjadi penulis yang “baik dan benar”, setidaknya diperlukan tiga hal:

  1. Suka membaca. Dengan rajin membaca Anda akan memiliki wawasan luas. Untuk bisa menulis, dibutuhkan wawasan. Wawasan kita akan berkembang dengan banyak membaca. Bukan saja membaca koran, majalah, atau buku, tapi juga “membaca fenomena” atau setiap kejadian di sekitar kita.
  2. Kuasai Tata Bahasa. Menulis berbeda dengan berbicara. Menulis menggunakan bahasa tulisan, struktur kalimat harus diperhatikan, misalnya subjek predikat, kata kerja – kata benda. Sedangkan kalau berbicara menggunakan bahasa lisan. Asalkan dimengerti, orang tidak akan peduli soal stuktur atau ejaan. Tapi dalam bahasa tulisan, salah titik-koma saja bisa jadi masalah. So, jangan sepelekan pelajaran bahasa Indonesia dan EYD-nya.
  3. Sabar. Menulis adalah proses, butuh waktu dan ketekunan. Ada tahapan yang harus dilalui yang butuh perjuangan. Setiap perjuangan butuh pengorbanan. Pengorbanan dalam menulis adalah bersikap sabar.
Teknik Menulis
Menulis adalah sebuah proses, ada tahap yang harus dilalui. Ini juga menunjukkan, menulis itu “kerja intelektual”, harus mikir, karenanya… butuh kesabaran!
Ada empat tahap yang harus dilalui dalam menulis: prewriting (pra-menulis), drafting (penulisan naskah awal), revising (perbaikan), and editing (koreksi naskah dan substansi).
1. Prewriting –adalah proses berpikir untuk menentukan tujuan tulisan, menyesuaikan gaya bahasa dan bahasan dengan pembaca, memilih topik.

  • Tentukan tujuan! Tujuan menulis ada tiga: menyampaikan informasi (to inform), menghibur (to entertain), atau untik mengajak/mempenharuhi (to persuade).
  • Perhatikan pembaca Anda! Pikirkan, untuk siapa Anda menulis atau siapa yang akan membaca tulisan Anda. Tulisan buat dibaca teman-teman Anda, gunakan gaya bahasa dan ungkapan-ungkapan yang biasa Anda kemukakan ketika ngobrol dengan mereka!
  • Tentukan topik! Apa yang mau Anda bahas atau kemukakan dalam tulisan itu. Temukan ide utama (main idea), persempit (narrow yout topic), dan temukan poinnya atau intinya.
  • Kumpulan Referensi. Kumpulkan data ataupun informasi yang cukup untuk mengembangkan topik Anda dan membangun tulisan. Galilah informasi dan data yang diperlukan dari berbagai sumber, misalnya dari bahan-bahan tulisan orang lain di majalah, koran dan buku-buku, percakapan dengan kawan atau ahli, observasi lapangan, ataupun contoh-contoh dari pengalaman pribadi. Jangan lupa: baca semua referensi yang ada dan pahami! Lalu catat atau beri tanda bahan yang sekiranya akan Anda kutip!
2. Outlining — Setelah topik dipilih, referensi dikumpulkan dan dibaca, saatnya Anda membuat garis besar tulisan (outline). Rapikan poin-poin bahasan, mulai pendahuluan, “jembatan” menuju bahasa utama (bridging), dan pokok-pokok bahasan (subjudul).
Guna menyusun oultine, perhatikan, anatomi atau stuktir sebuah artikel berikut ini:

  • Head – judul tulisan
  • By Name – nama penulis
  • Intro – lead atau bagian pembuka tulisan (opening), bisa berupa kutipan pendapat orang, kutipan atau ringkasan berita aktual, atau kutipan pepatah dan peristiwa.
  • Bridge – jembatan, penghubung antara intro dengan isi tulisan. Bisa berupa pertanyaan atau pengantar menuju isi tulisan.
  • Body — isi tulisan, biasanya dibagi menjadi dua atau tiga subjudul.
  • Closing — penutup, bisa berupa kesimpulan atau pertanyaan tanpa jawaban.
2. Writing – Drafting or Composing the First Draft. Mulailah menulis dengan menulis naskah pertama, naskah kasar. Tulislah dulu apa yang ada di kepala, yang ingat, semuanya! Jangan dulu melihat referensi data data. Bahkan, lupakan dulu semua “teori menulis”!
Selain itu, tak perlu perhatikan soal ejaan atau kata/kalimat baku dalam tahap “menulis bebas” (free writing) ini. Menulis sajalah, tuliskan semua yang Anda tahu dan pikirkan tentang topik yang sudah ditentukan!

3. Rewriting – The Revising Stage. Menulis ulang atau memperbaiki naskah awal tadi, sesuaikan dengan outline. Perhatikan judul, harus benar-benar mewakili isi naskah. Perbaiki kesalahan kata, kalimat, atau ejaan. Hindari pengulangan kalimat.
Terpenting, pastikan tulisan Anda jelas dan mudah dimengerti. Pastikan, Anda sudah menulis kalimat dengan benar, efektif, dan jelas. Pastikan juga setiap paragraf nyambung dengan topik yang dibahas. Last not least, dapatkah pembaca memahami isi dan maksud tulisan Anda?

4. Editing — Correcting the Final Version. Inilah tahap “finishing touch” sebelum tulisan Anda dipublikasikan atau dikirimkan. Koreksi setiap kata! Juga tanda-tanda baca, seperti titik-koma.

JURNALISTIK PENYIARAN RADIO

JURNALISTIK PENYIARAN RADIO
Jurnalistik adalah kegiatan komunikasi yang menggunakan pengetahuan praktis untuk menghimpun informasi dari peristiwa/kejadian yang menarik, aktual dan faktual untuk diolah dan disajikan kepada khalayak melalui media masa cetak maupun disiarkan melalui pemancar radio, televisi dan film, dengan waktu yang secepat-cepatnya.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan jurnalistik penyiaran radio adalah jurnalistik yang bergerak dalam bidang penyiaran radio (Radio Broadcast). Penyiaran radio memiliki karakteristik yang berbeda dengan media masa lainnya seperti media cetak maupun media penyiaran televisi dan film. Oleh karena itu sebelum lebih jauh membicarakan jurnalistik perlu diketahui tentang karakteristik penyiaran radio sebagai berikut. Informasi yang disiarkan melalui pemancar radio adalah informasi auditif yaitu bentuk sinyal elektrik yang bersumber dari suara /audio. 

Sumber informasi pada siaran radio terdiri dari suara yang berasal dari suara penyiar, musik, atau merupakan gabungan dari suara penyiar dan musik. Oleh karena itu hasil siaran radio hanya bisa didengarkan. Dengan demikian siaran radio memiliki fungsi menyiarkan informasi suara melalui pemancar radio kepada khalayak pendengarnya. Meskipun demikian dalam memberikan informasi seorang penyiar harus bisa memberikan gambaran imajinatif para pendengarnya agar informasi tersebut mudah dipahami. 

Oleh karena itu segala informasi bentuk apapun yang diperoleh seorang jurnalis radio harus diolah lebih lanjut menjadi bentuk audio untuk dapat disiarkan kepada pendengarnya melalui pesawat pemancar. Jenis informasi pada siaran radio disesuaikan dengan program program radio yang telah direncanakan seperti request, talk show, warta berita, profil, pendidikan, budaya, dan sebagainya. Karena siaran radio berfungsi sebagai media hiburan dan intertainment, maka program-program yang dibuat selalu menyertakan musik sebagai penghibur pendengar. Oleh karena itu dalam mencari informasi akan disesuaikan untuk program apa informasi itu dicari. Setelah dimiliki, informasi tersebut diolah, biasanya menjadi bentuk naskah (script) untuk dibacakan penyiar secara langsung atau direkam terlebih dahulu sebelum disiarkan pada waktu yang telah direncanakan sesuai dengan jadwal siarannya.

DASAR-DASAR JURNALISTIK

DASAR-DASAR JURNALISTIK

Pengertian istilah jurnalistik dapat ditinjau dari tiga sudut pandang: harfiyah, konseptual, dan praktis.
Secara harfiyah, jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day).
Asal-muasal kata “jurnalistik” dari bahasa Yunani kuno, “du jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak.
Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang: sebagai proses, teknik, dan ilmu.
  1. Sebagai proses, jurnalistik adalah “aktivitas” mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis).
  2. Sebagai teknik, jurnalistik adalah “keahlian” (expertise) atau “keterampilan” (skill) menulis karya jurnalistik (berita, artikel, feature) termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara.
  3. Sebagai ilmu, jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa. Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebaga ilmu, jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan.
Secara praktis, jurnalistik adalah proses pembuatan informasi atau berita (news processing) dan penyebarluasannya melalui media massa. Dari pengertian kedua ini, kita dapat melihat adanya empat komponen dalam dunia jurnalistik: informasi, penyusunan informasi, penyebarluasan informasi, dan media massa.

Informasi : News & Views
Informasi adalah pesan, ide, laporan, keterangan, atau pemikiran. Dalam dunia jurnalistik, informasi dimaksud adalah news (berita) dan views (opini).
Berita adalah laporan peristiwa yang bernilai jurnalistik atau memiliki nilai berita (news values) –aktual, faktual, penting, dan menarik. Berita disebut juga “informasi terbaru”. Jenis-jenis berita a.l. berita langsung (straight news),  berita opini (opinion news), berita investigasi (investigative news), dan sebagainya.
Views adalah pandangan atau pendapat mengenai suatu masalah atau peristiwa. Jenis informasi ini a.l. kolom, tajukrencana, artikel, surat pembaca, karikatur, pojok, dan esai.
Ada juga tulisan yang tidak termasuk berita juga tidak bisa disebut opini, yakni feature, yang merupakan perpaduan antara news dan views. Jenis feature yang paling populer adalah feature tips (how to do it feature), feature biografi, feature catatan perjalanan/petualangan, dan feature human interest.

Penyusunan Informasi
Informasi yang disajikan sebuah media massa tentu harus dibuat atau disusun dulu. Yang bertugas menyusun informasi adalah bagian redaksi (Editorial Department), yakni para wartawan, mulai dari Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana, Redaktur Desk, Reporter, Fotografer, Koresponden, hingga Kontributor.
Pemred hingga Koresponden disebut wartawan. Menurut UU No. 40/1999, wartawan adalah “orang yang melakukan aktivitas jurnalistik secara rutin”. Untuk menjadi wartawan, seseorang harus memenuhi kualifikasi berikut ini:
  1. Menguasai teknik jurnalistik, yaitu skill meliput dan menulis berita, feature, dan tulisan opini.
  2. Menguasai bidang liputan (beat).
  3. Menguasai dan menaati Kode Etik Jurnalistik.
Teknis pembuatannya terangkum dalam konsep proses pembuatan berita (news processing), meliputi:
  1. News Planning = perencanaan berita. Dalam tahap ini redaksi melakukan Rapat Proyeksi, yakni perencanaan tentang informasi yang akan disajikan. Acuannya adalah visi, misi, rubrikasi, nilai berita, dan kode etik jurnalistik. Dalam rapat inilah ditentukan jenis dan tema-tema tulisan/berita yang akan dibuat dan dimuat, lalu dilakukan pembagian tugas di antara para wartawan.
  2. News Hunting = pengumpulan bahan berita. Setelah rapat proyeksi dan pembagian tugas, para wartawan melakukan pengumpulan bahan berita, berupa fakta dan data, melalui peliputan, penelusuran referensi atau pengumpulan data melalui literatur, dan wawancara.
  3. News Writing = penulisan naskah. Setelah data terkumpul, dilakukan penulisan naskah.
  4. News Editing = penyuntingan naskah. Naskah yang sudah ditulis harus disunting dari segi redaksional (bahasa) dan isi (substansi). Dalam tahap ini dilakukan perbaikan kalimat, kata, sistematika penulisan, dan substansi naskah, termasuk pembuatan judul yang menarik dan layak jual serta penyesuaian naskah dengan space atau kolom yang tersedia.
Penyebarluasan Informasi
Yakni penyebarluasan informasi yang sudah dikemas dalam bentuk media massa (cetak). Ini tugas bagian marketing atau bagian usaha (Business Department) –sirkulasi/distribusi, promosi, dan iklan. Bagian ini harus menjual media tersebut dan mendapatkan iklan.

Media Massa
Media Massa (Mass Media) adalah sarana komunikasi massa (channel of mass communication). Komunikasi massa sendiri artinya proses penyampaian pesan, gagasan, atau informasi kepada orang banyak (publik) secara serentak.
Ciri-ciri (karakteristik) medi massa adalah disebarluaskan kepada khalayak luas (publisitas), pesan atau isinya bersifat umum (universalitas), tetap atau berkala (periodisitas), berkesinambungan (kontinuitas), dan berisi hal-hal baru (aktualitas).
Jenis-jenis media massa adalah Media Massa Cetak (Printed Media), Media Massa Elektronik (Electronic Media), dan Media Online (Cybermedia).
Yang termasuk media elektronik adalah radio, televisi, dan film. Sedangkan media cetak –berdasarkan formatnya— terdiri dari koran atau suratkabar, tabloid, newsletter, majalah, buletin, dan buku. Media Online adalah website internet yang berisikan informasi- aktual layaknya media massa cetak.

Produk Utama Jurnalistik: Berita
Aktivitas atau proses jurnalistik utamanya menghasilkan berita, selain jenis tulisan lain seperti artikel dan feature.
Berita adalah laporan peristiwa yang baru terjadi atau kejadian aktual yang dilaporkan di media massa.
Tahap-tahap pembuatannya adalah sebagai berikut:
1.       Mengumpulkan fakta dan data peristiwa yang bernilai berita –aktual, faktual, penting, dan menarik—dengan “mengisi” enam unsur berita 5W+1H (What/Apa yang terjadi, Who/Siapa yang terlibat dalam kejadian itu, Where/Di mana kejadiannya, When/Kapan terjadinya, Why/Kenapa hal itu terjadi, dan How/Bagaimana proses kejadiannya)
2.       Fakta dan data yang sudah dihimpun dituliskan berdasarkan rumus 5W+1H dengan menggunakan Bahasa Jurnalistik –spesifik= kalimatnya pendek-pendek, baku, dan sederhana; dan komunikatif = jelas, langsung ke pokok masalah (straight to the point), mudah dipahami orang awam.
3.       Komposisi naskah berita terdiri atas: Head (Judul), Date Line (Baris Tanggal), yaitu nama tempat berangsungnya peristiwa atau tempat berita dibuat, plus nama media Anda, Lead (Teras) atau paragraf pertama yang berisi bagian paling penting atau hal yang paling menarik, dan Body (Isi) berupa uraian penjelasan dari yang sudah tertuang di Lead.

JURNALISTIK PENYIARAN RADIO

JURNALISTIK PENYIARAN RADIO
Jurnalistik adalah kegiatan komunikasi yang menggunakan pengetahuan praktis untuk menghimpun informasi dari peristiwa/kejadian yang menarik, aktual dan faktual untuk diolah dan disajikan kepada khalayak melalui media masa cetak maupun disiarkan melalui pemancar radio, televisi dan film, dengan waktu yang secepat-cepatnya. Dengan demikian, yang dimaksud dengan jurnalistik penyiaran radio adalah jurnalistik yang bergerak dalam bidang penyiaran radio (Radio Broadcast). 

Penyiaran radio memiliki karakteristik yang berbeda dengan media masa lainnya seperti media cetak maupun media penyiaran televisi dan film. Oleh karena itu sebelum lebih jauh membicarakan jurnalistik perlu diketahui tentang karakteristik penyiaran radio sebagai berikut. Informasi yang disiarkan melalui pemancar radio adalah informasi auditif yaitu bentuk sinyal elektrik yang bersumber dari suara /audio. Sumber informasi pada siaran radio terdiri dari suara yang berasal dari suara penyiar, musik, atau merupakan gabungan dari suara penyiar dan musik. Oleh karena itu hasil siaran radio hanya bisa didengarkan. Dengan demikian siaran radio memiliki fungsi menyiarkan informasi suara melalui pemancar radio kepada khalayak pendengarnya. Meskipun demikian dalam memberikan informasi seorang penyiar harus bisa memberikan gambaran imajinatif para pendengarnya agar informasi tersebut mudah dipahami. 

Oleh karena itu segala informasi bentuk apapun yang diperoleh seorang jurnalis radio harus diolah lebih lanjut menjadi bentuk audio untuk dapat disiarkan kepada pendengarnya melalui pesawat pemancar. Jenis informasi pada siaran radio disesuaikan dengan programprogram radio yang telah direncanakan seperti request, talk show,warta berita, profil, pendidikan, budaya, dan sebagainya. Karena siaran radio berfungsi sebagai media hiburan dan intertainment, maka program-program yang dibuat selalu menyertakan musik sebagai penghibur pendengar. Oleh karena itu dalam mencari informasi akan disesuaikan untuk program apa informasi itu dicari. Setelah dimiliki, informasi tersebut diolah, biasanya menjadi bentuk naskah (script) untuk dibacakan penyiar secara langsung atau direkam terlebih dahulu sebelum disiarkan pada waktu yang telah direncanakan sesuai dengan jadwal siarannya.

JURNALISTIK RADIO BROADCAST

JURNALISTIK RADIO BROADCAST
Jurnalistik radio (radio journalism, broadcast journalism) adalah proses produksi berita dan penyebarluasannya melalui media radio siaran.
Jurnalistik radio adalah “bercerita” (storytelling), yakni menceritakan atau menuturkan sebuah peristiwa atau masalah, dengan gaya percakapan (conversational).

KARAKTERISTIK
  1. Auditif. untuk didengarkan, untuk telinga, untuk dibacakan atau disuarakan.
  2. Spoken Language. Menggunakan bahasa tutur atau kata-kata yang biasa diucapkan dalam obrolan sehari-hari (spoken words). Kata-kata yang dipilih mesti sama dengan kosakata pendengar biar langsung dimengerti.
  3. Sekilas. Tidak bisa diulang. Karenanya harus jelas, sederhana, dan sekali ucap langsung dimengerti.
  4. Global. Tidak detail, tidak rumit. Angka-angka dibulatkan, fakta-fakta diringkaskan.
PRINSIP PENULISAN
  1. ELF – Easy Listening Formula. Susunan kalimat yang jika diucapkan enak didengar dan mudah dimengerti pada pendengaran pertama.
  2. KISS – Keep It Simple and Short. Hemat kata, tidak mengumbar kata. Menggunakan kalimat-kalimat pendek dan tidak rumit. Gunakan sesedikit mungkin kata sifat dan anak kalimat (adjectives).
  3. WTYT – Write The Way You Talk. Tuliskan sebagaimana diucapkan. Menulis untuk “disuarakan”, bukan untuk dibaca.
  4. Satu Kalimat Satu Nafas. Upayakan tidak ada anak kalimat. Sedapat mungkin tiap kalimat bisa disampaikan dalam satu nafas.
ELEMEN PEMBERITAAN
  1. News Gathering – pengumpulan bahan berita atau peliputan. Teknik reportase: wawancara, studi literatur, pengamatan langsung.
  2. News Production – penyusunan naskah, penentuan “kutipan wawancara” (sound bite), backsound, efek suara, dll.
  3. News Presentation – penyajian berita.
  4. News Order – urutan berita.
TEKNIS PENULISAN: PILIHAN KATA
  1. Spoken Words. Pilih kata-kata yang biasa diucapkan sehari-hari (spoken words), e.g. jam empat sore (16.00 WIB), 15-ribu rupiah (Rp 15.000), dll.
  2. Sign-Posting. Sebutkan jabatan, gelar, atau keterangan sebelum nama orang. Atribusi/predikat selalu mendahului nama, e.g. Ketua DPR –Agung Laksono— mengatakan…
  3. Stay away from quotes. Jangan gunakan kutipan langsung. Ubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung, e.g. Ia mengatakan siap memimpin demo (“Saya siap memimpin demo,” katanya).
  4. Avoid abbreviation. Hindari singkatan atau akronim, tanpa menjelaskan kepanjangannya lebih dulu, e.g. Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Negeri –BEM UIN—Bandung menggelar… (Ketua BEM UIN Bandung –Fulan—mengatakan…).
  5. Subtle repetition. Ulangi secara halus fakta-fakta penting seperti pelaku atau nama untuk memudahkan pendengar memahami dan mengikuti alur cerita, e.g. Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono mengatakan… Menurut Presiden…. Kepala Negara juga menegaskan….
  6. Present Tense. Gunakan perspektif hari ini. Untuk unsur waktu gunakan kata-kata “kemarin”, “hari ini”, “besok”, “lusa”, bukan nama-nama hari (Senin s.d. Minggu). Mahasiswa UIN Bandung melakukan aksi demo hari ini… Besok mereka akan melanjutkan aksi protesnya…
  7. Angka. Satu angka (1-9) ditulis pengucapannya. Angka 1 ditulis “satu” dst. Lebih dari satu angka, ditulis angkanya. Angka 25 atau 345 jangan ditulis: duapuluh lima, tigaratus empatpuluh lima. Angka ratusan, ribuan, jutaan, dan milyaran, sebaiknya jangan gunakan nol, tapi ditulis: lima ratus, depalan ribu, 15-juta, 145-milyar.
  8. Mata uang. Ditulis pengucapannya di belakang angka, e.g. 600-ribu rupiah (Rp 600.000), 500-ribu dolar Amerika Serikat (US$ 50.000)
TANDA BACA KHUSUS
  1. Dash. tanda garis pisah (–) untuk sebelum nama atau kata penting atau butuh penekanan.
  2. Punctuation. Tanda Sengkang, yaitu tanda-tanda pemenggalan (-) untuk memudahkan pengucapan singkatan kata yang dieja. M-U-I, B-A-P, W-H-O, P-U-I, dsb
  3. Garis Miring. Jika perlu, gunakan garis miring satu (/) sebagai pengganti koma atau sebagai tanda jeda untuk ambil nafas, garis miring dua (//) untuk ganti titik, dan garis miring tiga (///) untuk akhir naskah.
Contoh:
Menjelang Pemilu 2009/ sedikitnya sudah 54 partai politik/ mendaftarkan diri ke Departemen Hukum dan HAM// Mereka akan diverifikasi untuk ikut Pemilu. Menurut pengamat politik –Arby Sanit/ banyaknya parpol itu menunjukkan animo elite untuk berkuasa masih tinggi///
PRODUK JURNALISTIK RADIO
  1. Copy – Berita pendek, durasi 15-20 detik. Biasanya berita penting, harus cepat diberitakan, disampaikan di sela-sela siaran (breaking news) atau program reguler insert berita (news insert) tiap menit 00 tiap jam misalnya. Berupa Straight News.
  2. Voicer – Laporan Reporter. Terdiri dari pengantar (cue) penyiar di studio dan laporan reporter di tempat kejadian, termasuk sound bite dan/atau live interview.
  3. Paket. Panjangnya 2-8 menit. Isinya paduan naskah berita, petikan wawancara (soundbite).
  4. Feature. Durasi 10-30 menit. Paduan antara berita, wawancara, ulasan redaksi, musik pendukung, dan rekaman suasana (wildtracking). Membahas tema tertentu yang mengandung unsur human interest. Bisa pula berupa dokumenter (documentary).
  5. Vox Pop. Singkatan dari vox populi (suara rakyat). Berisi rekaman suara opini masyarakat awam tentang suatu masalah atau peristiwa.