Tampilkan postingan dengan label Radio 2.0 is NOW. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Radio 2.0 is NOW. Tampilkan semua postingan

WEBSITE RADIO 2.0 INDONESIA

RADIO 2.0 INDONESIA

RADIO 2.0 INDONESIA asli buatan dalam negeri meramu semua proses wacana dan pembelajaran yang ada di dunia teknologi penyiaran ini dengan mencipta teknologi aplikasi penyiaran radio yang banyak fungsi dan terintegrasi sehingga menjadi lebih effektif dan effisien dalam implementasi pengelolaan radio siaran. Teknologi penyiaran RADIO 2.0 INDONESIA ini didedikasikan kepada industri siaran radio agar bisa bersaing di era new media dan berdaya dalam menghadapai kompetisi media yang semakin sengit khusunya bersaing dengan media lain diluar radio.

Radio Automation tersebut akan terintegrasi dengan WEB RADIO 2.0 Sehingga data data yang ada dalam RADIO AUTOMATION bisa terlihat di website radio secara real time seperti “RUNDOWN ACARA” (termasuk iklan yang diputar : ini akan meningkatkan kepercayaan pengiklan jika ingin mengetahui iklannya di putar atau tidak sesuai jadwal – bisa dipantau jarak jauh oleh pengiklan melalui website radionya sehingga akan meningkatkan kredibilitas radio), bisa mengetahui “PENYIAR YANG BERTUGAS”, serta terintegrasinya fasilitas request seperti SMS, Facebook, Twiter, maupun dari web itu sendiri. Yang menarik adalah semua pesan yang dikirim melalui alat oleh pendengar bisa terdeteksi dari alat apa mengirimkan pesannya misal akan muncul logo black berry, logo android, logo twitter, logo facebook, dll. Semua terlihat dalam satu layar monitor (page). RADIO AUTOMATION 2.0 sangat bisa mencetak tagihan secara otomatis (tinggal klik langsung tercetak), dll.

Radio 2.0 is NOW!


Radio 2.0 is NOW!
Facebook, nama yang tidak asing lagi. Di awal mengenal situs jejaring sosial ini sekitar 2 hingga 3 tahun lalu, Facebook masih beranggotakan mereka dari kalangan usia dewasa muda sekitar usia 20an tahun keatas. Sedangkan mereka yang dari kalangan remaja, masih bermain di Friendster. Seiring dengan waktu, jumlah anggota Facebook semakin bertambah banyak dan pasarnya pun semakin luas, mulai dari anak SD hingga kakek-nenek, mulai dari penjual koran hingga pemilik perusahaan besar.

Perkembangan ini didukung dengan semakin mudah dan semakin murahnya akses internet, membanjirnya handphone murah buatan China dan tentunya promosi gencar dari hampir semua operator selular yang memasukkan feature facebook sebagai salah satu nilai jual dalam program bundling yang mereka tawarkan.

Banyak orang tertarik dengan Facebook, karena Facebook berhasil menyatukan beragam fasilitas yang sebelumnya disajikan oleh sarana dan situs yang berbeda. Mengirim message yang sebelumnya biasa dilakukan melalui email bisa kita lakukan melalui facebook message (inbox), demikian juga dengan chatting (selama ini melalui YM, GT, ICQ dsb), sharing foto (selama ini melalui flickr, picasa dsb), menulis note (selama ini melalui blog), bermain game online, mengoperasikan berbagai aplikasi, serta tentunya yang paling khas adalah menulis status dan mengomentari status teman.

Keberhasilan Facebook, mendongkrak popularitas Twitter – situs micro blogging yang melesat mengalahkan (paling tidak di Indonesia) popularitas Plurk, Google Buzz, Jaiku dan lainnya. Meskipun dalam bentuk yang lebih sederhana, melalui situ micro blogging kita juga dapat berinteraksi dengan teman-teman kita, mengupload foto dan video, memberitahu lokasi dan berbagi link informasi.
Baik Facebook, Twitter, dan berbagai situs sejenis telah memanfaatkan pergeseran kebiasaan orang berinternet, perkembangan internet yang pada awalnya hanya bisa dinikmati secara pasif dan sekarang bisa melibatkan penggunanya untuk berinteraksi – yang kita kenal dengan era Web 2.0, serta yang perlu diwaspadai oleh media tradisional termasuk radio adalah perubahan fungsi dari hanya sekedar situs Social Network menjadi situs Social Media.
Satu hal yang saya cermati dari keberhasilan situs jejaring sosial adalah kejelian mengamati dan memberikan apa yang diinginkan oleh manusia pada umumnya, yaitu kebutuhan untuk selalu bersosialisasi. Pengguna bisa melakukan apa yang mereka inginkan untuk mengekspresikan ide, mulai dari yang paling sederhana melalui status, foto, video, hingga menuangkannya dalam tulisan.
Lalu apakah mereka akan menggilas media tradisional – radio? Menurut saya, yang akan menggilas kita bukanlah situs Social Media, tapi kemapanan dan keengganan kita untuk mengikuti perkembangan.
Radio, pada dasarnya adalah sebuah social media yang jauh lebih social jika dibandingkan dengan televisi atau media cetak. Sejak ditemukannya radio, telpon, kemudian telpon seluler dan budaya ber-sms, manusia sudah memanfaatkan radio untuk berinteraksi langsung, baik dengan penyiar maupun teman-teman mereka secara real time kapanpun mereka mau.

Namun, karena sudah menjadi sesuatu yang biasa dilakukan, fungsi sebagai social media menjadi kurang tergali dengan baik. Kebanyakan dari radio terjebak pada perlombaan membuat acara terbaik, lagu terbaru dan terlengkap serta berbagai masalah tekhnis baik sistem maupun hardware. Kita harus bisa memfungsikan radio kita sebagai media bersosialisasi para pendengar. Perlu direnungkan, apakah kita sudah menjadi media bagi si A dan teman-temannya, apakah kita sudah menjadi media bagi komunitas x dan sebagainya. Belajar dari radio komunitas, tidak pandang bagaimana acara dan bentuknya, radio komunitas memiliki pendengarnya sendiri, yaitu mereka yang ada dalam komunitas tersebut.
Tidak hanya radio hiburan. Radio berita juga akan mampu meraih lebih banyak pendengar jika bisa memfungsikan diri sebagai Social Media. Banyak rekan-rekan dari radio berita yang sudah merasakan dampak dari hal ini, misalnya dengan memberikan kesempatan bagi pendengar untuk saling berbagi informasi mengenai apa yang sedang mereka alami atau lihat. Bisa juga dengan memberikan wadah bagi pendengar untuk saling memberikan pendapat atau bahkan solusi bagi sesama pendengar yang sedang mengalami kesulitan atau masalah, dan masih banyak hal lain yang bisa dilakukan oleh radio untuk mewadahi keinginan pendengarnya berinteraksi dan bersosialisasi.

Lalu bagaimana dengan jejaring sosial yang ada di internet? Manfaatkanlah untuk mendukung siaran kita. Ikuti apa yang sedang menjadi trend selama hal tersebut membawa dampak positif bagi kita dan pendengar.
Riset dari Doverwood Communicatios – konsultan social media, PR dan WOM Marketing di Amerika menunjukkan, bahwa 56% radio memanfaatkan apa yang terjadi di situs jejaring sosial – termasuk berbagai informasi dari “citizen journalists” sebagai bahan siaran mereka. Saya sendiri banyak mendapatkan informasi lebih awal dari Twitter dibandingkan dari media-media tradisional yang ada. 45% dari radio yang disurvey oleh Doverwood diketahui memiliki Facebook dan Twitter untuk menjaga komunikasi dengan pendengarnya. 30% diantaranya bahkan meyakini bahwa social media di internet telah memperkuat loyalitas pendengarnya.
Radio adalah juga social media dengan karakteristik yang sama dengan social media yang ada di dunia maya: personal, interactive dan reactive. Jadi, manfaatkanlah blog, Facebook, Twitter dan berbagai social media lainnya sebagai kepanjangan tangan dari siaran radio kita. Biarlah pendengar membaca informasi dan berpartisipasi dalam blog radio, mem-follow Twitter kita untuk mendapatkan informasi acara atau berita terbaru, serta menjadi fans di Facebook kita untuk bersosialisasi dengan radio, penyiar dan komunitas mereka.
Radio 2.0 is not about future Radio but about present Radio! Find listener’s needs, not just what they want.