Mengenal Si Pengancam Radio

Mengenal Si Pengancam Radio

Sejak alat pemutar audio digital atau biasa disebut mp3 player makin populer, ada yang percaya bahwa radio tengah terancam. Siapa lagi perlu radio, katanya, kalau kita bisa membawa ribuan lagu dalam kotak kecil itu. Saya sih tidak terlalu percaya karena bagaimanapun radio masih punya banyak kegunaan selain memutar musik.Tetapi, kalaupun hanya ingin dilihat dari segi musik, maka menurut saya yang harus diakui orang radio sebagai ancaman adalah fungsi ‘shuffle’ yang terdapat di rata-rata alat pemutar audio digital.Penggemar musik mungkin akan tahu bahwa salah satu kenikmatan mendengarkan radio adalah unsur kejutannya ketika menunggu lagu apa yang akan diputar berikutnya oleh penyiar. Kalau lagunya pas, senang sekali rasanya. Tapi kalau lagunya tidak enak, bisa bete dibuatnya.

Nah, coba bayangkan bahwa lagu yang akan diputar berikutnya itu 99,9 persen dijamin cocok dengan selera anda. Asik, bukan? Cuma pemutar mp3 yang bisa begitu karena teorinya adalah lagu yang dimasukkan ke alat itu adalah lagu-lagu favorit pemiliknya. Ketika lagu-lagu itu di kocok alias di acak atau di shuffle, maka kita masih mendapatkan kejutan-kejutan kecil saat sebuah lagu muncul. Persis seperti mendengarkan acara musik di radio, kita masih di ajak menebak apa lagu berikutnya, tapi kemungkinan besar kita akan suka lagu itu.

feature photoFungsi shuffle inilah yang agaknya sangat menginspirasi kolumnis teknologi terkenal Steven Levy ketika menulis buku berjudul The Perfect Thing: How The iPod Shuffles Commerce, Culture and Coolness. Buku ini sebenarnya bercerita tentang alat pemutar mp3 produksi Apple, apalagi kalau bukan iPod. Akses penulisnya ke banyak orang-orang penting di Apple, termasuk si juragan Steve Jobs membuat buku ini menjadi referensi yang super lengkap tentang sejarah iPod.

ipod bukanlah alat pemutar audio digital pertama di dunia, bahkan ia kalah duluan dengan sebuah perusahaan Korea yang juga memproduksi alat serupa. Tapi filosofi di balik pembuatannya itu yang membuatnya menjadi salah satu tonggak sejarah teknologi dan juga bisnis di dunia, dan ini diulas dengan menarik oleh Encik Levy dalam bukunya. Kenapa iPod ukurannya kecil? Ada apa di balik warnanya? Mengapa iPod tidak ada tombol On nya? Bagaimana pula Apple bisa melobby berbagai label rekaman besar di Amerika untuk mau menjual lagu produksi mereka seharga 0,99 sen dolar per lagu di iTunes dan menjadikan iTunes salah satu bisnis musik online digital terbesar di dunia?

Tapi di balik semua itu, tidak ada yang lebih menarik minat Steven Levy daripada fungsi shuffle. Baginya itu adalah salah satu teknologi hebat yang tidak hanya mampu mengacak musik di iPodnya dan memberi kejutan setiap hari dengan lagu-lagu yang disukainya, tapi juga karena iPod sanggup mengacak sejarah musik, bisnis dan budaya di masyarakat. Karena itu pula lah ia bahkan men shuffle bab-bab dalam bukunya ini, sehingga setiap buku yang dijual memiliki susunan bab berbeda-beda kecuali bab pertama dan penutup, tanpa mengurangi kenikmatan membacanya.

Saya sepakat dengan Levy. Walaupun sampai sekarang saya belum punya iPod dan sejak tiga tahun terakhir ini masih menggunakan alat pemutar Mp3 butut merek Creative dengan kapasitas cuma 512Mb saja, tapi fungsi shuffle itulah yang membuat saya tidak bosan mendengarkannya karena justru kejutan-kejutan kecil yang dihadirkannya cukup berhasil mewarnai hari saya dan juga mungkin penggemar musik lainnya yang memiliki alat pemutar audio digital, persis seperti slogan yang digunakan Apple ketika pertama mengiklankan iPod Shuffle nya: Life is Random!

Sebuah buku yang walaupun memang berat terkesan terlalu memihak Apple, tapi ditulis dengan sangat menarik dan sarat dengan sejarah-sejarah menarik tentang salah satu temuan bersejarah dunia: bukan.. bukan cuma iPod tapi juga teknologi pemutar audio digital itu sendiri.

Cepat atau lambat, teknologi alat pemutar audio digital ini akan lebih memasyarakat di Indonesia dan juga merubah kehidupan masyarakat. Bahkan saat ini pun di sejumlah mall, misalnya, sudah ada yang berjualan lagu mp3 seharga sekitar 5-10 ribu per lagu yang bisa langsung dimasukkan ke handphone. Bayangkan berapa besar perubahan yang dibawanya. Dan ketika itulah kita orang radio harus tahu bagaimana memanfaatkan kehadirannya untuk memberi nilai tambah bagi radio kita, ketimbang melihatnya sebagai ancaman.

Tidak ada yang pernah berhasil mengancam keberadaan radio hingga kini. Yang ada hanyalah mereka yang sudah menyerah, sudah jiper duluan melihat kehadiran teknologi-teknologi baru hehe
Jadi benarkah radio terancam dengan kehadiran iPod (baca: mp3 player) ? Apa pendapat anda?:)

ditulis oleh  La Rane Hafied [FDR 143]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda...